Selasa, 15 September 2009

AKU PUNYA CERITA NIH, TAPI MENARIK APA NGGAK YA NGGAK TAHU ITU TERGANTUNG PENDAPAT KALIAN,.HEHEHE,

KADO YANG ANEH

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan, karena pada hari Kamis ini adalah hari ulang tahunku.

Lena, ayo bangun!! Sudah siang nih kamu harus masuk sekolah,” panggil bunda dari ruang makan.

“Aduh,, Bunda gimana sih, aku kan masih ngantuk banget, skali-kali bolos juga nggak apa-apa kan,” gumamku dengan mata setengah melek.

Akupun bangun dari tempat berbaring tadi dan cepat-cepat pergi ke kamar mandi, walaupun dengan mata yang masih ngantuk nih. Selesai mandi aku langsung dandan dan turun untuk sarapan pagi.

“Loh,,, ko udah jam segini sih Bunda, gimana nih?” kataku dengan mulut penuh dengan roti. “Hari ini aku dianter aja ya Bun, nggak usah naik bus. Kurang 10 menit nih mau bel masuk,” mohonku pada Bunda.

Memang sih walaupun keluarga kami kaya, tetapi Bunda nggak terlalu memanjakanku. Malahan dari kecil aku udah dibiasain buat hidup mandiri, kemana-mana aja harus naik bus, bahkan sepeda. Naik mobil aja kalau kepepet.

“Ya sudah, untuk hari ini kamu boleh Bunda anter.”

“Makasih Bunda,” kataku senang sekali.

Ha ah,,, akhirnya sampai di sekolah juga, untung aja aku nggak terlambat, malahan pas bel masuk. Akupun masuk ke kelas XI IPS 5, yang paling dekat sama pintu gerbang.

“Pagi semua,” sapaku ramah sama teman-teman.

Anehnya, nggak ada seorang temanpun yang membalas sapaanku, sahabatku Neta juga nggak jawab. Tumben banget semua pada nggak jawab sapaanku. Tanyaku dalam hati terheran-heran.

“Net, ko tumben loe diam aja waktu gue sapa?” Tanyaku bingung.

Namun percuma, dia menyingkir dan nggak jawab. Malahan lebih asyik ngobrol sama Agni. Aku tambah bingung nih, ada apa ini sebenarnya? Apa aku pernah buat salah pada mereka yang akhirnya bikin mereka sakit hati? Pikirku.

Bel istirahat berbunyi, teman-teman pada keluar ke kantin. Aku ditinggal sendirian. Padahal biasanya Neta pasti mengajak aku ke katin, namun hari ini dia seperti udah lupa sama aku. Ya Tuhan, kenapa di hari ulang tahunku ini teman-teman malah nyuekin aku. Ngasih selamat aja nggak,, hu uh. Gerutu gue.

Tet,,, tet,,, tet,,. Bel masuk pelajaran terakhir berbunyi. Jam pelajaran terakhir ini adalah matematika yang membosankan, untung aja hari ini Bu Lan nggak masuk izin penataran. Ini saatnya kesempatanku bertanya lagi sama teman-teman.

“Net, ada apa sih ko hari ini semua pada berubah jadi nyuekin gue? Apa gue punya salah? Salah gue apa?” Tanyaku sambil menepuk pundak Neta.

“Pake nanya lagi. Piker aja ndiri, loe kan punya otak,” akhirnya Neta buka mulut samaku juga.

Aku nggak nyangka Neta bisa bicara seketus itu sama aku. Apa sih salahku? Aku nggak ngerasa salah apa-apa deh. Pikerku.

“Gue nggak tahu maksudmu? Ayo kasih tau gue! Kali aja gue bisa memperbaiki kesalahan gue,” ku memohon.

“Elo kan yang dititipin hape sama Riza kemarin? Ayo ngaku?” tanyanya kesal.

“Iya, memang gue yang ditipin hape sama Riza. Emangnya kenapa?” Tanya ku tambah bingung.

“Udah deh, semua orang sekelas ini udah pada tahu kelakuan busuk kamu,” kata Agni.

“Dititipin hape ko malah dibawa pulang, dijual sekalian aja!!” sahut Neta.

“Katanya anak orang kaya, tapi ko nyolong,” sahut Renata.

“Gue nggak bawa pulang ko, kemarin kan udah gue taruh ke mejanya. Soalnya gue kemarin harus cepat-cepat pulang, di rumah ada acara,” kataku ngejelasin.

“Lo itu kalau ditipin barang tu tanggung jawab donk, nunggu orangnya datang baru dikembaliin. Gara-gara kecerobohan loe itu hape Riza sekarang udah nggak ada tau nggak? Gimana rasa tanggung jawab loe itu?” kata Neta.

“Haa? Hilang?” aku terkejut..

“Halah,, nggak usah sok kaget gitu deh,” kata Renata kesal.

“Maafin gue Riz, gue nggak tau itu. Terus gue harus gimana nih?”

“Pokoknya bagaimana caramu bisa nyari dan ngembaliin hape itu, entah mau keliling sekolah kek ato mau beliin lagi kek itu terserah loe,” kata Riza emosi.

“Ya udah gue akan nyariin.”

Aku langsung mencari disekitar kelas. Di meja-meja, kursi, laci dan almari udah aku razia semua. Tetapi hasilnya nihil.

“Nggak ada ini, gimana donk?”

“Ya kamu usaha donk sampai dapet!”.

Aku langsung keluar keliling sekolah, tiap aku jalan aku selalu menunduk untuk mencarinya, setiap siswa dan guru yang lewat aku tanyain, pak satpampun tak ketinggalan. Bahkan sampai aku ngumumin lewat speaker, tetap aja nggak menemukan. Sampai aku putus asa dan kembali ke kelas.

Tiba-tiba saat aku membuka pintu kelas, dari atas mancur air yang tumpah dari ember, seragamku jadi basah kuyub semuanya. Teman-teman dari samping kanan dan kiri menaburi wajah dan rambutku sama tepung, sedangkan di depan mereka melempariku dengan telur. Betapa hancur badanku saat ini, menyerupai adonan yang tinggal di oven saja.

“Halo Lena, happy birthday ya. Maafin kami semua ya uadah buat elo bingung and panik,” kata Neta dengan membawa roti tart kecil berbentuk bunga. “Nah, sekarang elo bisa meniup lilin ini sebagai kado dari kami.”

Aku langsung make a wish dan meniup lilin kecil itu. Sekarang aku gemas sama mereka yang udah membuat aku kayak roti begini, aku langsung balas dendam dendam dengan mengambil kue tart itu dan mencolek-colekkannya ke wajah jail teman-temanku. Kelaspun semakin heboh, kami saling mengejar tak henti-hentinya.

2 komentar: